BLORA, 22/4 (PORTALBLORA.COM) - Guna mencukupi kebutuhan gula Nasional Pemerintah berencana import ratusan ribu ton gula mentah (raw sugar) karena pasokan gula dari Pabrim Gula (PG) lokal menipis.
Sebanyak 381 ribu ton raw sugar itu akan di bagi ke PG lokal untuk diproses menjadi gula kristql putih (GKP). Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Jawa Tengah mendukung langkah pemerintah untuk mengimpor raw sugar tersebut.
"Oleh karena itu, saya mengimbau agar para petani tebu di Jawa Tengah, mensikapinya secara dewasa. Mari kita berfikir jauh ke depan. Teman-teman petani tidak perlu resah, dan jangan galau," Ucap Sukadi Wibisono, eks ketua APTRI Jawa Tengah, Senin (18/4) lalu.
"Kita yakini saja, bahwa impor gula mentah agar kebutuhan nasional tercukupi, agar masyarakat tidak terbebani oleh harga. Juga tidak akan mengerdilkan semangat para petani tebu,” imbunya.
Supaya memiliki posisi tawar di pasar global, Sukadi mengatakan, para petani tebu hendaknya ketat dan disiplin dalam menata manajemen.
“Kita tengok kilas balik sedikit. Di sekitar tahun 2008, di Jawa Tengah ada pabrik gula yang menerapkan manajemen tebang angkut secara ketat dan benar. Sehingga, rendemen yang diperoleh bisa tinggi dan berkelanjutan. Dari situlah, kesejahteraan petani ikut terdongkrak, sehingga tidak takut dengan persaingan pasar,” jelasnya.
Agar kejayaan di tahun 2008 bisa diraih kembali, lanjut Sukadi, ia meminta, agar penerapan manajemen tebang angkut secara baik dan benar dihidupkan kembali.
Apalagi, menurutnya hal ini untuk menyongsong musim giling th 2022, sekaligus menghadapi era perdagangan global.
Tebu yang disetor ke pabrik harus tebu yang berkualitas. Baik di tingkat petani ataupun di tingkat pabrikan.
“Yang disetor ke pabrik gula adalah tebu yang bersih dari pucuk, bersih dari bung atau bonggol, dan bersih dari rapak (daun kering-red). Jika hal ini dilakukan oleh petani, di sisi lain para pengelola pabrik tebu juga menerapkan manajemen secara baik dan efisien, ini tidak ada yang mustahil. Kita siap berkompetisi dengan produk-produk import. Apalagi bersaing dengan produk-produk sesama pabrik gula,” tambahnya dengan penuh keyakinan.
Sukadi mewanti-wanti, agar para petani tebu mulai menyiapkan diri masuk ke sistem digital. Hal ini menurutnya di sistem digital ini, semua penjual harus bisa menjajakan hasil produknya melalui situs jual beli online.
“Dengan teknologi digital, maka tebu yang ditawarkan petani akan bisa diakses oleh calon pembeli. Tebu ini umurnya berapa, rendemen berapa, volume produksinya, berapa ukurannya, di mana kelebihan dan kekurangannya langsung bisa diketahui,” tandasnya.
Sukadi juga meminta seluruh elemen masyarakat khususnya para petani tebu di Jawa Tengah, agar ikut menjaga Sitkamtibnas di lingkungan masing-masing.
“Mari kita jaga lingkungan. Jangan sampai terprovokasi oleh isu-isu menyesatkan. Mari kita bersama sama agar situasi Kamtibnas wilayah JawaTengah tetap kondusif dan aman,” tuturnya.
Terpisah Direktur operasional (Dirops) PT Gendis Multi Manis (GMM) Blora Krisna Murtiyanto, membenarkan bahwa PG diminta Pemerintah untuk membeli raw sugar.
"PT GMM di tahun 2022 ini mendapat jatah 53.000 ton raw sugar untuk bahan gula kristal putih (GKP). Jumlah ini, tidak berubah dari tahun 2021 lalu. Dengan jumlah kuota impor yang sama," katanya.
Direktur Operasional PT GMM-Bulog, Krisna Murtiyanto, menyampaikan, jatah kuota impor ini merupakan penugasan dari pemerintah untuk menambah stok gula nasional. Komoditas tersebut didatangkan langsung dari Thailand.
Minggu kemarin, kata dia, proses masuk ke PT GMM baru selesai. Pemuatan dari kapal menunju pabrik, membutuhkan waktu sekira 15 hari.
“Kemarin kami mulai menggiling Raw Sugar untuk menjadi gula kristal putih,” jelasnya, Jumat (15/4) lalu. (Her/admin)
Posting Komentar