BLORA, 15/1 PortalBlora.com - Banyak instrumen investasi yang umumnya menyatakan High Risk, High Gain. Benarkah pernyataan ini. Haruskah masyarakat mengambil bentuk investasi yang high risk, high gain. Adakah investasi yang low risk, high gain atau jika perlu no risk, high gain.
"Saya menyatakan ada instrumen investasi ini, dan banyak juga di lakukan para pengusaha besar di negeri kita dalam bentuk investasi ini," kata Kurniawan.
Pada kondisi real di masyarakat banyak sudah yang mempraktekkan bentuk investasi ini. Yaitu dengan bentuk investasi pada tanah dan merubahnya secara ekonomi dengan menanami beberapa pohon, seperti kayu jati, kayu gaharu, kayu cendana, kayu pinus, kayu sengon bahkan beberapa pohon penghasil buah.
Bentuk investasi ini ternyata sangat lazim di masyarakat di negeri Indonesia. Bahkan bentuk investasi ini bagi beberapa masyarakat menganggap bukanlah bentuk investasi secara instrumen ekonomi mereka.
Maka tak heran jika di Indonesia telah mengenal investasi ini secara turun temurun, dan tidak butuh tingkat pendidikan yang tingi atau perhitungan ekonomi yang rumit untuk mewujudkannya.
"Bentuk investasi yang go green ini telah menghantar negeri kita dengan julukan negeri Jamrud Katulistiwa," imbuhnya.
Keuntungan yang di berikan investrasi semacam ini misalkan investasi tanah, secara perlahan dan pasti seiring perkembangan jumlah populasi dan kebudayaan, memberi sumbangan nilai yang signifikan pada nilai aset tanah. Ini tergantung pada lokasi dan perkembangan daerah aset itu berada. Nilai awal yang kecil dan hasil yang besar.
Tanah-tanah plan hijau adalah tanah yang oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) di petakkan untuk memelihara ekosistem agrikultural untuk suatu daerah.
Namun di banyak daerah di negeri ini yang memang adalah negeri jamrud katulistiwa, nilai tanah hijau memiliki nilai yang relatif murah di bandingkan nilai tanah hunian dan industri.
Modal yang tidak mengganggu cash flow dan ringan, memang nilai tanah akan meningkat, tapi perlu juga menambahkan nilai yang lain pada aset dengan menanaminya tumbuhan yang memiliki nilai jual yang tinggi pada jangka waktu tertentu sehingga nilai hasilnya memuaskan.
Investasi ini, di negeri Indonesia yang mayoritas masyarakatnya petani dan nelayan, tak heran banyak orang menganggap hal ini bukan bentuk investasi.
Banyaknya tulisan yang mengulas tantang investasi, tapi jarang yang mengulas bentuk investasi yang santuy ini. Karena memang tidak dibutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi ataupun analisa yang rumit untuk bentuk investasi ini.
"Sebagian besar para petani di negeri kita telah faham investasi ini, tanpa memandang tingkat pendidikan yang mereka miliki. Karena sesungguhnya Tuhan memberikan rejeki yang nyata kepada semua umatnya tanpa memandang tingkat pendidikan," pungkasnya. (Dani-red)
Posting Komentar